Jumat, 03 Juni 2011

BIOGAS

Global Warming

Banyak cara yang bisa kita gunakan untuk melestarikan lingkungan, salah satunya dengan menggunakan Biogas sebagai sumber energi alternatif. Mengapa biogas dapat dijadikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan? Berdasarkan hasil temuan mahasiswa KKN (1995) dan Penelitian Kecamatan   Rawan di Magetan (1995) di desa Plangkrongan, rata-rata disetiap rumah terdapat 1-3 ekor lembu karena  memelihara lembu merupakan pekerjaan kedua setelah bertani. Setiap harinya   rata-rata seekor  lembu menghasilkan kotoran sebanyak 30 kg. Jika terdapat 2.000 ekor lembu, maka   setiap  hari akan  terkumpul 60 ton kotoran. Wow… J
Kotoran yang menumpuk akan terbawa oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah atau sungai yang kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran lembu tersebut mengandung racun dan bakteri Colly yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya.
Dari segi bahan bakar konvensional, pembakaran bahan bakar fosil  menghasilkan  Karbon dioksida (CO2) yang ikut  memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect) yang  bermuara pada   pemanasan global (global warming). Jika penggunaan bahan bakar fosil ini tetap dilakukan secara terus-menerus maka keberlangsungan hidup setiap organism akan terancam.
Biogas memberikan perlawanan  terhadap efek  rumah  kaca melalui 3 cara. Pertama, Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Walaupun sebenarnya pembakaran biogas tetap menghasilkan CO2, tetapi dampak positifnya tetap lebih besar. Substitusi bahan bakar fosil ke biogas dapat menghemat penggunaan minyak bumi dan batu bara yang notabene sewaktu-waktu bias habis karena kedua sumber tersebut merupakan sumber bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui, sedangkan biogas merupakan salah satu wakil dari bahan bakar terbarukan (renewable energy).
Kedua, gas Methana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk sebenarnya merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Sebagaimana kita ketahui biogas (methane) tersebut sebenarnya bisa terbentuk secara alami dari kotoran sapi yang menumpuk. Nah, jika methana yang dihasilkan bisa kita manfaatkan dengan membakarnya menjadi CO2, maka kadar methana di udara bias dikurangi dan secara tidak langsung mengurangi dampak global warming secara signifikan.
Ketiga, penggunaan biogas jika dibarengi dengan gerakan pelstarian hutan, maka akan CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah kaca.

Biogas
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi anaerob. Komponen biogas sendiri terdiri dari sekitar 60% metana, 38% karbon dioksida dan 2 % gas lainnya yaitu nitrogen, oksigen, hidrogen dan hidrogen sulfida. Biogas bisa dijadikan bahan bakar seperti gas LPG (elpiji) dan dalam skala besar biogas digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Makanya banyak yang beranggapak kalau biogas dapat menjadi alternatif sumber energi karena bersifat terbarukan dan ramah lingkungan. Sumber biogas yang paling utama yaitu kotoran ternak seperti sapi, kerbau, babi, kuda dan ayam. Bahkan di Cina kotoran manusia pun telah dikembangkan sebagai bahan alternatif penghasil biogas.
Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lain
Di Cina sendiri pada tahun 1992 telah terpasang sebanyak lima juta reaktor biogas untuk penggunaan rumah tangga. Reaktor yang mereka gunakan umumnya model sumur tembok dengan bahan baki kotoran manusia dan ternak ditambah limbah pertanian. Sedangkan di India reaktor yang banyak digunakan adalah model sumur tembok dan dengan drum serta bahan baku kotoran ternak dicampur limbah pertanian.
Indonesia sendiri mulai memperkenalkan penggunaan biogas sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1981 dengan dukungan dana dari FAO dibangun sebuah contoh instalasi biogas di beberapa provinsi melalui Proyek Pengembangan Biogas.
Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif murahnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang disubsidi, sementara teknologi yang diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000 telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Selain itu biogas juga bisa digunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan sekitar 2 meter kubik biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 metr kubik biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.



3 komentar: